Rabu, 30 Maret 2016

Menilai Kadar Kedewasaan

menuntut kedewasaanKedewasaan seseorang merupakan buah dari proses. Dewasa tak dapat dinilai karena usia, juga tak dapat dinilai karena banyaknya pengalaman. Karena, kedewasaan merupakan sikap yang tak dapat diukur dalam susunan dan jumlah angka. Kedewasaan adalah sikap tanggungjawab, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kedewasaan merupakan sebuah proses tanggung jawab. Dimana, berani mempertanggungjawabkan semua hal yang berkaitan dengan jalan hidup yang telah dipilih. Termasuk, berani mengakui kesalahan, berani memperbaiki kekurangan dan berani berkata tidak walau berat. Dalam hidup, kita selalu dihadapi pada pilihan. Nah, kita manusia, telah memilih salah satu pilihan, maka jalankanlah pilihan itu secara baik hingga selesai. Jika tidak, maka sungguh dipertanyakan sikap dewasa (bertanggungjawab) pada diri sendiri. Mengapa seorang pria berani melamar gadis untuk dijadikan istri? Tidak lain karena dirinya siap bertanggungjawab (baik materi maupun spiritual) hingga akhir hayat. Sikap dewasa ini pun semakin terlihat ketika ia menjadi suami dan ayah dari anak-anaknya. Kadang, siang malam ia mencari nafkah lahir dan bathin agar keluarganya hidup bahagia. Tanggungjawabnya kepala keluarga menjadikan dirinya untuk terus bekerja. Inilah salah satu contoh kedewasaan. Tidak ada seorang pria di dunia ini yang sengaja menikahi seorang gadis hanya untuk satu malam. Karena, naluri manusia, tetap pada kebaikan. Akan ada rasa bersalah yang hadir kala melakukan perbuatan tercela. Tidak ada orang yang sengaja menikah untuk kemudian meninggalkan istrinya menjadi terlantar. Begitu juga saat seorang mahasiswa hendak melanjutkan pendidikan S2. Ketika pilihan itu diambil, pastinya ia sudah memperhitungkan untung rugi dan sebab akibat yang akan ditimbulkan. Jika tidak siap, maka ia akan membatalkan atau mengundurkan untuk melanjutkan pendidikan S2. Orang yang memiliki sikap dewasa, faham, dirinya tidak bisa “main-main” saat kuliah. Jika tidak siap, maka ia memilih mundur. Saat ini, sering sekali kita menemui generasi muda yang selalu menjalani kegiatan atau aktivitas setengah-setengah. Misalnya organisasi. Padahal aktivitas pada organisasi itu telah menyebabkan waktu yang terpakai (seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan lain), dana keluar (seharusnya bisa dipergunakan untuk membeli buku, misal), pikiran terkuras dan lain. Paling parah, kegiatan yang kita ikuti melalui seleksi dan kita telah berhasil masuk dengan menyingkirkan banyak teman-teman lainnya. Bisa jadi, teman-temannya sangat serius dan bercita-cita untuk masuk organisasi tersebut. Kita nyaris tidak berani bertanggungjawab atas apa yang telah kita pilih. Belum lagi satu langkah, kita malah memilih mundur. Kita terlalu takut pada bayangan dan cobaan yang kerap datang. Jadi, siapa yang paling dewasa diantara kita? Yaitu mereka yang berani bertanggungjawab terhadap pilihan (jalan hidup) yang diambil. Dan tidak pernah menjalaninya setengah-setengah. Mereka akan tetap serius dan fokus menyelesaikan semuanya hingga berhasil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar