Selasa, 23 Agustus 2016

Tinggalkan Beban dan Mulailah Melangkah!

Tinggalkan Beban dan Mulailah Melangkah!

 Alkisah suatu hari, tampak seorang pemuda mendatangi guru bijak. Penampilannya lusuh. Bajunya compang-camping, sepatunya sobek, dan tubuhnya penuh luka.

Dia berkata, "Guru, saya datang dari jauh dan telah menempuh perjalanan yang berat. Saya menderita, kesepian dan sangat letih. Ini semua saya lakukan demi mencari jawaban atas penderitaan saya. Kenapa saya belum menemukan cahaya petunjuk sedikit pun?"
Orang tua bijak itu melihat si pemuda datang kepadanya membawa sebuah buntelan besar. "Apa isi buntelanmu itu?"
Jawab si pemuda, "Isinya sangat penting bagi saya. Di dalamnya ada barang-barang yang mengingatkan saya pada setiap tangisan, ratapan, dan air mata saya. Benda-benda ini menjadi penyemangat saya dalam menempuh perjalanan berat mencari jawaban.”
"Baik, sekarang ikutlah denganku," kata sang guru dengan tegas.
Mereka berjalan sebentar dan tiba di tepi sebuah sungai kecil. Di tepi sungai itu, ada sebuah perahu sampan kecil. Sang guru bergegas naik ke atas sampan tersebut. Maka pemuda itu pun naik ke atas sampan, dan mereka menyeberangi sungai tersebut.
Ketika tiba di tepian, orang tua itu lantas berkata, "Kita sudah sampai. Sekarang pikul sampan ini, dan kita akan melanjutkan perjalanan kita!”
Pemuda itu sangat terkejut. "Tapi sampan ini begitu berat, mana kuat saya memikulnya? Lalu apa gunanya nanti?”
Orang tua itu tersenyum mendangar protes si anak muda. "Benar sekali katamu itu. Ketika kita menyeberangi sungai, sampan ini sangat berguna dan besar artinya bagi kita. Namun ketika kita sudah siap meneruskan perjalanan kita berikutnya, sampan ini hanya akan menjadi beban saja. Kita harus meninggalkannya di tepi sungai, kalau tidak sampan ini hanya akan memberatkan langkah kita..”
Ia meneruskan kata-katanya, "Begitu juga dengan kehidupan kita. Penderitaan, kesepian, kegagalan, tangisan, air mata, dan bencana, semuanya berguna dalam kehidupan kita. Semua itu membuat kita tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup di masa depan! Namun pada saat kita ingin melangkah maju, kalau kita tidak bisa melepaskannya, maka hal-hal tersebut hanya akan menjadi beban saja.”
Akhirnya, ia berkata pada pemuda itu, "Letakkan barang bawaanmu itu di sini, dan mari kita melanjutkan perjalanan".
Si pemuda mengikuti perintah tersebut. Ia meletakkan buntelan besarnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian, sang guru menanyakan perasaan si pemuda.
Jawab si pemuda, "Kini langkahku begitu ringan dan cepat. Aku baru sadar, kehidupan sebenarnya bisa dijalani dengan begitu sederhana...”

Meraih Keseimbangan Hidup

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak kariernya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.
Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.
"Hai, apa kabar? Silakan tunggu di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan," sapa sang tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"
Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah, ya. Setelah itu kembalilah kemari".
Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan hewan-hewan kesayanganku?"
Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah ini sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." Tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".
"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".
Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati."
Netter yang luar biasa,
Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.
Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup.
Selamat berjuang!
Salam sukses luar biasa!!